Gede on Waste

Enviromental pollution: dirty, contaminating, corrupting, profaning, defiling; pencemaran (polusi) tanah, air, udara; sampah, kesehatan masyarakat, teknik (engineering) lingkungan.

Tuesday, September 06, 2011

Eco-Qur’an

Eco-Qur’an
Oleh Gede H. Cahyana

E. F. Schumacher, penulis buku Kecil Itu Indah, berkata, “Krisis lingkungan terjadi bukan karena pengembangan sains dan teknologi, tetapi hasil dari sikap mental dan life-style (gaya hidup) dunia modern.”

Sebagai mukjizat, Al Qur’an sudah mensinyalir kerusakan lingkungan yang akan terjadi ribuan tahun kemudian. Juga berkisah tentang banjir superdahsyat ketika zaman Nabi Nuh, ribuan tahun sebelum Muhammad bin Abdullah diangkat menjadi nabi akhir zaman. Apapun dan kapanpun kejadiannya, selalu saja terkait dengan dua komponen utama, yaitu air dan bumi (tanah).

Dua material ini tak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, khususnya kaum muslim. Air, tentu saja air yang bersih, suci dan menyucikan biasa digunakan untuk berwudhu. Setiap hari kita membutuhkan tak kurang dari 2,5 liter air untuk minum. Malah 65 – 75% tubuh kita terdiri atas air. Totalnya, kebutuhan air yang biasa dalam perancangan instalasi pengolah air minum PDAM adalah 120 liter per orang per hari atau satu gentong plastik yang biasa digunakan di rumah-rumah.

Ditegaskan Allah Swt dalam Al Qur’an, semua makhluk hidup diciptakan dari air (al-Anbiyya: 30): “dan dari airlah Kami jadikan segala sesuatu yang hidup”. Senyawa utama sel pun adalah air. Minimal 63 kali Allah menyebutkan kata air atau yang berkaitan dengan air seperti hujan di dalam Qur’an. Tidak seperti planet lain, dua per tiga muka Bumi ini ditutupi air (danau, sungai, laut). Ada yang digunakan untuk pembangkit listrik, transportasi, rekreasi, olah raga, perikanan, dan air baku air minum.


Tanah atau debu pun begitu, penting bagi kaum muslim untuk tayyamum ketika tidak ditemukan air atau ketika sakit. Baik wudhu maupun tayyamum adalah proses ritual awal sebelum shalat wajib dan sunnat. Air dan bumi tak bisa dipisahkan, keduanya saling mendukung. Sangat anehlah manusia ketika mengotori air dan menggurunkan tanah. Lihatlah, betapa banyak balak liar (illegal logging) yang justru dilakukan oleh kalangan terdidik, para pengusaha kaya (zaman Orde Baru disebut konglomerat) dan penguasa di pusat dan daerah.

Kejahatan manusia atas alam dan lingkungannya sudah disebut Allah Swt. Surat ar-Rum: 41 misalnya, mengulas kerusakan lingkungan akibat ulah manusia, baik secara perorangan maupun kelompok, baik dalam lingkup kecil domestik, maupun komunal di pabrik dan kawasan industri. Akibatnya, Bumi kian kotor dan terpolusi sampah, limbah cair, dan polutan udara. Nyaris semua polusi itu terjadi di kota-kota, terutama di kota besar.

Manusia sulit dipisahkan dari planet Bumi. Tak mudah dan malah tak mungkin manusia hidup di planet lain tanpa alat bantu oksigen. Jangankan di planet lain yang berada di lain tatasurya dan lain galaksi, di planet Mars saja belum ada manusia yang mampu hidup dengan alat-alat bantu sekalipun. Artinya, manusia memang dijadikan khalifah di planet Bumi ini dan dari planet ini pulalah manusia harus mengabdi kepada Allah Swt agar ketika yang hak itu datang, yaitu kiamat, mereka dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya selama hidup di Bumi.

Dalam Al Kitab pun ditegaskan bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah. Semuanya dari tanah. Sumber makanan kita, hewan dan tumbuh-tumbuhan, pun tak bisa lepas dari tanah. Bahkan Bumi dideklarasikan oleh Nabi Muhammad sebagai masjid (tempat sujud). Begitu bernilainya Bumi ini sehingga tak kurang dari 461 kali Allah menyebutnya di dalam Qur’an.

Uniknya lagi, Bumi ini kaya akan tanaman. Hamparan hutan dan kebun berbunga aneka warna dapat diibaratkan pakaian indah dan harum bagi bumi (ar Rahman: 11-12). Qur’an pun menjelaskan fungsi estetika dan dekoratif tanaman yang berpengaruh pada manusia. Yang paling terasa manfaatnya adalah sebagai sumber makanan (padi, jagung, gandum), sumber buah-buahan berbagai bentuk, jenis, ukuran dan rasa serta papan untuk bahan rumah. Selain itu, keindahan tanaman tak hanya secara visual tapi lebih dari itu, mekanisme reproduksinya berpasangan secara seksologi (ar-Ra’du: 3), jantan-betina.

Satu lagi tanda ke-Agung-an Allah adalah keragaman binatang atau ternak (berkaki dua: unggas dan empat: sapi, kuda, kerbau, unta, domba) menjadi ornamen bagi manusia. Bisa digunakan untuk makanan, kendaraan, penggembala atau dinikmati keindahannya. Syahdan, binatang yang ‘menjijikkan’ seperti ular dan cacing yang berjalan dengan perutnya pun Allah ciptakan (an Nuur: 45). Variasi cara berbiaknya (reproduksi) juga mencirikan keagungan Sang Pencipta.

Sebagai mandataris Allah, manusia adalah pembina sumber daya alam dan potensi Bumi lainnya. Manusia punya hati tempat bersemayam perasaan dan punya otak untuk berpikir. Keduanya dapat menghasilkan kebijakan dan kebajikan. Manusialah pelindung lingkungan dan mengubah dogma bahwa alam adalah semata-mata buat manusia, tanpa hirau pada makhluk lain. Oleh sebab itu, agar bencana lingkungan tidak meluas wajiblah kita mengelola sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya moral agar kita (manusia) tidak berubah dari the best (terbaik, yakni bani Adam) menjadi the beast (buas, seperti iblis). Wallahu a’lam. *

0 Comments:

Post a Comment

<< Home